Punarbhawa: Kelahiran Kembali sebagai Wahana Memperbaiki Kualitas Diri
Definisi, Hakikat dan Penyebab Punarbhawa
Secara etimologi, kata Punarbhawa berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Punar yang berarti "lagi" atau "kembali," dan Bhawa yang berarti "menjelma" atau "lahir." Jadi, Punarbhawa adalah kelahiran kembali yang berulang-ulang.
Dalam ajaran Hindu, kelahiran berulang terjadi karena Atman (jiwa) masih terikat oleh sesuatu yang disebut Karmawasana. Karmawasana adalah bekas atau jejak dari perbuatan (karma) yang dilakukan di kehidupan sebelumnya yang belum habis dinikmati hasilnya. Selama Atman masih diselubungi oleh suksma sarira (badan halus) dan terikat pada kenikmatan duniawi (wisaya) serta masih berada dalam keadaan awidya (kegelapan/ketidaktahuan), maka ia akan terus mengalami siklus Punarbhawa.
Intinya, Atman akan terus bereinkarnasi untuk:
Menikmati atau menerima sisa dari pahala dan dosa (karma phala) yang belum habis dinikmati pada kehidupan sebelumnya.
Melakukan perbaikan diri (tapa, brata, yoga, samadhi) untuk mencapai kesempurnaan dan membebaskan diri dari keterikatan duniawi (Moksa).
Hal ini dipertegas dalam Bhagawadgītā:
Sloka Terkait (1): Bhagawadgītā II.22
Teks Sanskerta Transliterasi:
Wāsāṁsi jīrṇāni yathā vihāya
navāni gṛhṇāti naro’parāṇi|
tathā śarīrāṇi vihāya jīrṇā
nyanyāni saṁyāti navāni dehī||
Terjemahan: Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dengan meninggalkan yang lama, demikian pula roh yang menjelma (dehī) menerima badan-badan baru, setelah meninggalkan badan-badan lama yang tidak berguna.
Keterkaitan Punarbhawa dengan Hukum Karma Phala
Punarbhawa tidak dapat dipisahkan dari ajaran Karma Phala, yang merupakan hukum sebab-akibat. Hukum ini menyatakan bahwa setiap perbuatan (karma), baik melalui pikiran (manacika), perkataan (wacika), maupun perbuatan (kayika), pasti akan menghasilkan buah (phala).
Buah perbuatan (karma phala) dibagi menjadi tiga jenis:
Sancita Karma Phala: Hasil perbuatan di kehidupan yang lalu, dinikmati pada kehidupan sekarang.
Prarabdha Karma Phala: Hasil perbuatan yang dilakukan dan buahnya langsung diterima di kehidupan sekarang.
Kriyamana Karma Phala: Hasil perbuatan di kehidupan sekarang, namun baru akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
Oleh karena adanya Kriyamana Karma Phala inilah, Punarbhawa menjadi sebuah keniscayaan. Atman akan lahir kembali untuk menikmati buah karma yang belum sempat dinikmati. Kualitas kelahiran (terlahir sebagai manusia, binatang, atau di alam lainnya) akan sangat ditentukan oleh akumulasi karma baik (subha karma) dan karma buruk (asubha karma) yang telah dilakukan.
Konsekuensi dari perbuatan yang menentukan kelahiran berikutnya dijelaskan dalam kitab suci Manawa Dharmasastra:
Sloka Terkait (2): Manawa Dharmasastra XII.9
Teks Sanskerta Transliterasi:
Śarīrajaiḥ karmadoṣairyāti sthāvaratāṁ naraḥ|
vācikaiḥ pakṣimṛgatāṁ mānasairantyajātittām||
Terjemahan: Karena perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan oleh badan, seseorang akan mencapai keadaan sebagai benda mati (tumbuhan); karena perbuatan jahat dengan kata-kata, ia akan mencapai keadaan sebagai burung atau binatang; dan karena perbuatan jahat dengan pikiran, ia akan mencapai keadaan sebagai orang yang hina.
Ajaran Punarbhawa sebagai Wahana Memperbaiki Kualitas Diri
Ajaran Punarbhawa memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjalani kehidupan saat ini dengan penuh kesadaran dan Dharma. Keyakinan akan kelahiran kembali berfungsi sebagai wahana atau sarana untuk perbaikan diri, antara lain dengan menumbuhkan nilai-nilai berikut:
Disiplin dalam Trikaya Parisudha: Menyadari bahwa perbuatan menentukan kualitas kelahiran berikutnya, umat Hindu didorong untuk senantiasa melaksanakan Tri Kaya Parisudha, yaitu penyucian tiga perilaku:
Manacika Parisudha (Pikiran yang bersih).
Wacika Parisudha (Perkataan yang suci).
Kayika Parisudha (Perbuatan yang benar).
Melahirkan Kebijaksanaan dan Pengendalian Diri: Menumbuhkan sikap sabar, tenang, dan tabah dalam menghadapi suka dan duka (dwanda) karena setiap peristiwa adalah hasil dari Karma Phala. Manusia didorong untuk melakukan pengendalian diri yang ketat agar tidak terjerumus pada dosa.
Tujuan Akhir: Moksa: Setiap kelahiran manusia adalah kesempatan emas (pengejawantahan utama) untuk berjuang mencapai Moksa, yaitu kebebasan dari siklus Punarbhawa dan bersatunya Atman dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Dengan memahami dan mengaplikasikan ajaran Punarbhawa, kita menyadari bahwa kehidupan saat ini adalah kesempatan terbaik yang diberikan oleh Hyang Widhi Wasa untuk memperbaiki segala kekurangan di masa lalu, sehingga kita dapat mewujudkan kualitas diri yang lebih baik demi mencapai tujuan hidup tertinggi.

Posting Komentar untuk "Punarbhawa: Kelahiran Kembali sebagai Wahana Memperbaiki Kualitas Diri"
Posting Komentar