Mengangkat Simbol Negatif: Ogoh-Ogoh dan Hubungannya dengan Hari Raya Nyepi
![]() |
| Gambar Ogoh-ogoh |
Ogoh-ogoh adalah patung-patung raksasa yang dibuat di Bali, seringkali berbentuk makhluk mitologi, setan, atau tokoh-tokoh jahat lainnya. Meskipun terlihat menyeramkan, patung-patung ini memiliki makna yang dalam dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Nyepi, hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap tahun.
Apa itu Ogoh-Ogoh?
Secara harfiah, ogoh-ogoh berasal dari bahasa Bali, ogah-ogah yang berarti sesuatu yang digoyang-goyang. Patung-patung ini terbuat dari rangka bambu atau kawat yang ditutup dengan bubur kertas, kain, dan busa. Seringkali, ogoh-ogoh dibuat dengan ekspresi yang mengerikan, mata melotot, dan taring tajam. Pembuatannya bisa memakan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, yang melibatkan seluruh masyarakat banjar, mulai dari anak muda hingga orang dewasa.
Pada dasarnya, ogoh-ogoh melambangkan Bhuta Kala, manifestasi dari energi negatif, kejahatan, dan sifat-sifat buruk yang ada di alam semesta dan dalam diri manusia. Dengan membuat patung-patung ini, masyarakat Bali menyimbolkan pengangkatan dan pengusiran roh-roh jahat tersebut.
Malam Pengerupukan: Puncak Perayaan Ogoh-Ogoh
Pawai ogoh-ogoh diadakan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi, yang dikenal sebagai Malam Pengerupukan. Pada malam ini, ribuan ogoh-ogoh diarak keliling desa atau kota di seluruh Bali. Patung-patung raksasa ini diusung oleh sekelompok pemuda yang sambil mengusung, mereka menggoyangkan patung itu seolah-olah ogoh-ogoh tersebut hidup.
![]() |
| Gambar Ogoh-ogoh |
Suasana pada malam Pengerupukan sangat meriah. Iring-iringan ogoh-ogoh diiringi oleh gamelan baleganjur yang tabuhannya bersemangat. Setelah diarak keliling, ogoh-ogoh kemudian dibakar di lapangan terbuka. Pembakaran ini melambangkan penghancuran atau pemusnahan sifat-sifat buruk dan roh-roh jahat.
Kaitan dengan Hari Raya Nyepi
Ritual ogoh-ogoh adalah bagian penting dari persiapan Hari Raya Nyepi. Setelah semua energi negatif dan sifat buruk dihancurkan melalui pembakaran ogoh-ogoh, keesokan harinya umat Hindu di Bali siap menyambut Nyepi dengan hati yang bersih.
Nyepi adalah hari di mana umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, empat pantangan utama:
- Amati Geni: tidak menyalakan api (termasuk listrik).
- Amati Karya: tidak bekerja atau melakukan aktivitas fisik.
- Amati Lelungan: tidak bepergian ke luar rumah.
- Amati Lelanguan: tidak mencari hiburan atau kesenangan.
Tujuan dari Nyepi adalah untuk meditasi, introspeksi diri, dan menyucikan alam semesta dari pengaruh-pengaruh negatif. Dengan membersihkan diri secara spiritual melalui pembakaran ogoh-ogoh di Malam Pengerupukan, umat Hindu mengawali Nyepi dengan kondisi yang suci dan siap untuk introspeksi diri.
Jadi, ogoh-ogoh bukanlah hanya sekadar patung atau hiasan. Ia adalah simbol kuat dari ritual pembersihan diri dan lingkungan. Proses pembuatannya yang melibatkan banyak orang mencerminkan semangat gotong royong, sementara pembakarannya melambangkan harapan untuk memulai tahun baru dengan jiwa yang lebih bersih dan damai. Ini adalah salah satu tradisi yang membuat Bali begitu unik dan spiritual.


Posting Komentar untuk "Mengangkat Simbol Negatif: Ogoh-Ogoh dan Hubungannya dengan Hari Raya Nyepi"
Posting Komentar