Makna dan Fungsi Wadah/Joli/Bade dalam Upacara Ngaben di Bali
![]() |
| Gambar upacara ngaben |
Upacara Ngaben adalah salah satu ritual sakral dalam agama Hindu di Bali yang bertujuan untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal dan mengembalikannya ke asalnya. Dalam prosesi ini, terdapat beberapa elemen penting yang berfungsi sebagai sarana ritual, salah satunya adalah wadah, joli, dan bade. Meskipun ketiganya memiliki fungsi dasar yang sama, yaitu mengusung jenazah, penggunaannya disesuaikan dengan tingkatan upacara Ngaben.
Joli, Wadah, dan Bade: Pengusung Jenazah Berdasarkan Tingkatan Upacara
Secara umum, joli, wadah, dan bade berfungsi sebagai alat untuk membawa jenazah dari rumah duka menuju setra (kuburan atau tempat pembakaran). Perbedaan utamanya terletak pada tingkatan upacara yang dilangsungkan:
Joli: Digunakan untuk upacara Ngaben pada tingkatan yang lebih kecil atau sederhana. Joli biasanya berukuran lebih kecil dan desainnya lebih sederhana.
Wadah: Digunakan untuk upacara Ngaben dengan tingkatan yang lebih tinggi dari joli. Ukurannya lebih besar dan hiasannya lebih megah, menunjukkan status sosial atau penghormatan yang lebih besar kepada mendiang.
Bade: Merupakan pengusung jenazah yang paling megah dan digunakan pada tingkatan upacara Ngaben yang utama. Bentuknya berupa menara bertingkat yang melambangkan tingkatan alam yang akan dilalui oleh roh, dari alam fana hingga alam surga. Puncak bade sering dihiasi dengan patung-patung dewa-dewi, sebagai simbol penghormatan tertinggi.
Petulangan: Tempat Pembakaran Jenazah
Setelah jenazah diusung menggunakan joli, wadah, atau bade, jenazah akan dipindahkan ke petulangan di tempat pembakaran (setra). Petulangan adalah wadah khusus yang berfungsi sebagai tempat untuk membakar jenazah. Bentuk petulangan sangat bervariasi dan sering kali berupa patung hewan-hewan mitologi, seperti:
- Lembu: Melambangkan kendaraan Dewa Siwa.
- Singa: Simbol keberanian dan kekuatan.
- Gajah: Simbol kebijaksanaan dan kemakmuran.
- Naga: Simbol kekuatan alam dan perlindungan.
Pemilihan bentuk petulangan ini biasanya didasarkan pada kasta atau status sosial dari mendiang, atau juga sebagai simbolisasi roh yang disucikan dan akan kembali ke alam semesta.
Sloka-Sloka Terkait dalam Lontar Yama Purwana Tattwa
Meskipun secara spesifik tidak ada sloka yang menyebutkan kata "joli," "wadah," atau "bade," konsep upacara Ngaben dan penggunaan sarana ritual ini merujuk pada ajaran-ajaran dalam kitab suci Hindu. Salah satu lontar yang menjadi landasan filosofis Ngaben adalah Yama Purwana Tattwa.
Dalam lontar ini, dijelaskan bahwa upacara pembakaran jenazah bertujuan untuk melepaskan roh dari ikatan materi dan mengantarkannya ke alam yang lebih tinggi. Konsep tri rna (tiga hutang) juga menjadi dasar, di mana salah satunya adalah pitra rna (hutang kepada leluhur) yang dibayar melalui upacara kematian. Meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit, penggunaan sarana upacara seperti bade, joli, dan petulangan merupakan manifestasi dari ajaran-ajaran tersebut untuk membantu roh mencapai kebebasan (moksa).
Daftar Pustaka (Referensi)
* Arsana, I Ketut Gede. Ngaben: The Cremation Ceremony of Bali.
* Djelantik, A. A. Made. Bali: Sekilas Sejarah, Kebudayaan, dan Agama.
* Mantra, Ida Bagus. Agama Hindu dan Adat Istiadat Bali.

Posting Komentar untuk "Makna dan Fungsi Wadah/Joli/Bade dalam Upacara Ngaben di Bali"
Posting Komentar